Pengembara Muslim | writer - traveler - coffee drinker

catatan perjalanan dari seseorang yang telah menyerahkan hidupnya untuk Islam

  • Home
  • Buku Saya
  • Works
  • Features
  • Tentang Saya

Backpacker Anti Mainstream | Pol Pot Sudah Mati

Pay Jarot Sujarwo Friday, 20 February 2015 4
Matanya liar. Mengincar para pejalan kaki. Sesekali ia memanjangkan leher. Menoleh ke belakang. Berpaling ke kiri juga ke kanan. Ia menemukan seorang lelaki berdiri tepat di persimpangan. Khusuk dengan peta, mencari arah. Lelaki itu, di punggungnya menempel tas berukuran begitu besar. Kacamata hitam melindungi dua matanya dari panas matahari. Keringat menempel di kening. Setetes jatuh di atas peta yang sedang dibaca. Sisanya ia seka dengan lengan kiri. Lelaki itu menghela nafas, mengarahkan tatapannya ke jalan raya.

“Wooo…, Man… Brother…” Ia tak menyianyiakan kesempatan. Sudah sejak tadi ia menunggu lelaki itu berpaling dari peta. Beberapa detik saja lelaki melihat ke arah jalan raya, ia langsung berteriak kea rah lelaki.

“Wooo… you need tuk-tuk, man? Bro…? Sir…? Tuk-tuk?” Ia berteriak. Wajahnya mengiba. Seperti mencoba menceritakan bahwa sepanjang hari ini belum mendapatkan penumpang. Lelaki yang diteriaki tak hirau. Matanya kembali ke peta setelah sekali lagi menyeka keringat.

“Sir, where you go? Tuk-Tuk? Where you from? Wooo…. Bro?” Ia tak henti berteriak. Lelaki pembawa peta dan tas besar di punggungnya pergi. Ia mengumpat. Umpatan yang hanya dimengerti oleh orang-orang Khmer.

Ia masuk ke dalam tuk-tuk miliknya. Berlindung dari panas matahari. Duduk di bagian belakang, tempat para penumpang. Ada radio kecil tergantung di salah satu sisi tuk-tuk. Barangkali, radio itu berusia lebih tua dibanding usianya. Disentuhnya sedikit, lagu Khmer mengalun. Hari ini orang-orang bisa dengan bebas mendengar radio,menonton televisi, ikut berjoget mengikuti nada dan irama Khmer, ataupun juga dentuman music dari belahan dunia sebelah barat. Orang-orang bisa sedikit bersantai, meski mencari uang tetap saja bukan pekerjaan gampang. Tapi kabar baiknya orang-orang sudah tidak merasa takut lagi. Tak seperti zaman ketika Pol Pot masih hidup. Khmer Merah. Lebih dari dua juta nyawa melayang dalam kurun waktu yang begitu singkat. Satu lagu berakhir, ia belum juga dapat penumpang.

Ia turun dari tuk-tuk. Bersiap kembali dengan mata yang liar. Tiba-tiba saja tiga orang perempuan yang tak lagi muda melintas. Seorang di antaranya mengalungkan kamera dengan lensa yang begitu panjang. Dua orang lain bercakap-cakap dalam bahasa seperti Rusia, atau mungkin juga Kroasia.
Ia tak membuang waktu.

“Halo, where you go?”

Tiga perempuan itu menoleh.

“We just want to walk around,” seseorang menjawab. Bahasa Inggrisnya terdengar khas dengan logat Eropa timur.

“Where you from?” Ia mencoba bercakap-cakap

“Czech,”

“Where is that?”

Seorang perempuan mencoba menjelaskan dengan ramah letak geografis negaranya. Seorang lagi memotret. Merekam percakapan menjadi gambar. Ia mengangguk-angguk. Belum tentu ia mengerti. Bisa jadi ia tak peduli. Yang ia inginkan hanyalah ketiga perempuan itu naik ke dalam tuk-tuk, lalu dengan senang hati ia akan mengantar setelah ada kesepakatan harga.

“Tuk-tuk, madam?” akhirnya. Setelah perempuan berhenti berbicara, ia menawarkan jasa.

“Where you go? Angkor Wat? Cheap, very cheap madam,” wajahnya kembali mengiba.
Tiga perempuan meminta maaf. Lalu pergi.

Ia kembali mengumpat dalam bahasa Khmer. Pol Pot sudah mati. Khmer merah tinggal sejarah. Turisme semakin merajalela. Pub Street tak pernah sepi. Selalu gemuruh. Ia, juga orang-orang lain, masih tetap miskin. Akan selalu miskin?

Ia kembali masuk ke dalam tuk-tuk. Merebahkan diri. Menutup mata. Barangkali bermimpi tentang anaknya yang sekolah hingga tingkat yang paling tinggi. Sangat tinggi.

“Hallo, tuk-tuk.” Seseorang mengagetkannya. Seorang perempuan kulit putih. Sepertinya mabuk berat. Hari masih siang. Perempuan ini begitu mabuk. Ia melompat. Bersemangat. Penumpang pertama hari ini.

“Where you go?” ia bertanya.

“Can you take me to heaven?”


Siem Reap, Februari 2015
Pay Jarot Sujarwo

You May Also Like

Posted by Pay Jarot Sujarwo at 14:10:00
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

4 comments:

  1. zulk20 February 2015 at 15:23

    mati mang dah

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  2. Pay Jarot Sujarwo21 February 2015 at 08:59

    Yup. Sudah mati

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  3. Pay Jarot Sujarwo21 February 2015 at 09:00

    Yup. Sudah mati

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  4. Unknown6 March 2015 at 12:27

    semoga semangat orang kamboja tak pernah mati

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
Add comment
Load more...

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blogroll

Author

Like Us

Labels

backpacker belanda catatan kembara catatan perjalanan champa delft islam komunis madrid traveling catatan pernajalan melayu traveling vietnam yukngaji

Popular Posts

  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
    “Buku dan motivator. Mau tau siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah BUKU! 1...
  • Backpacker Anti Mainstream | Pol Pot Sudah Mati
    Matanya liar. Mengincar para pejalan kaki. Sesekali ia memanjangkan leher. Menoleh ke belakang. Berpaling ke kiri juga ke kanan. Ia menem...
  • Melayu Champa; Tak Ada Bom, Tak ada Pembunuhan
    Pay Jarot Sujarwo Catatan Kembara Vietnam Malam sebelum keberangkatan, saya berdiskusi sepanjang malam dengan seorang teman. Seorang k...
  • Pol Pot is Dead
    His eyes stared wildly, lurking for the walkers. Sometimes he craned his neck, twisted it back, left, right. He saw a man standing in a c...
  • Kisah Barista
    Puisi Pay Jarot Sujarwo kisah apa lagi yang hendak kau ceritakan kali ini, barista. tentang hemingway yang tak pernah berpindah meja d...
  • Perjumpaan
    Hal yang menggembirakan dalam perjalanan adalah perjumpaan. Kau baca saja kisah heroik Agustinus Wibowo menelusuri negeri-negeri berakhi...
  • PAMAN DUDI
    “Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam. Orang sisa-sisa menangis. Air matanya api.” Dari sebuah kamar kecil, lebih kecil dibanding...
  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
    Bismillahirrahmanirrahiim Islamic Trips South East Asia (Asia Tenggara) Kuala Lumpur | Ho Chi Minh | Phnom Penh | Kampong Champ | Kuchi...
  • Taqorrub ilallah
    Seandainya kita hidup di masa kejayaan Islam, tentu tidak perlu bersusah payah menghitung kurs mata uang yang harus ditukarkan jika in...
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
    Sungai kapuas punye cerite Bile kite minom aeknye Biarpon pegi jaoh kemane Sunggoh susah nak melupekannye (Salah satu bait Lagu ...

THE BLOG THEME

jarotsujarwo@yahoo.com

jarotsujarwo@gmail.com


Tel. 081256918507 (whatsApp)

Pin BlackBerry: 25B5DAFD

Twitter: @jarotsujarwo

Flickr

Popular Posts

  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
  • PAMAN DUDI
  • Taqorrub ilallah
Created by - Way2themes - | Distributed By Gooyaabi Templates
  • HOME
  • CONTACT