Pengembara Muslim | writer - traveler - coffee drinker

catatan perjalanan dari seseorang yang telah menyerahkan hidupnya untuk Islam

  • Home
  • Buku Saya
  • Works
  • Features
  • Tentang Saya

TUKANG OJEK DARI CABRO

Pay Jarot Sujarwo Wednesday, 12 February 2014 No Comments
Saya masih tidur ketika tiba-tiba saja seluler saya berbunyi. Isinya, “Gile kau ni, dari jual buku, sekarang jadi tukang ojek pulak. Mang mantap mang kawan kite satu ni.” Tentu saja saya tersenyum membaca SMS demikian dan segera dapat memakluminya. Bukan hanya saya, tetapi teman kami yang lain, pun mendapat teguran yang sama. Hatta dituduh mencari penghasilan tambahan ngojek untuk tambah-tambah uang tabungannya yang sudah dia siapkan sejak beberapa tahun lalu untuk menikah. Saya dan Hatta, sekali lagi, dapat memaklumi teguran tersebut. Ya, apalagi penyebabnya kalau bukan facebook. Jejaring sosial yang terkenal paling provokatif sedunia. Apasaja bisa terjadi di halaman ini. Termasuk kemudian saya dan Hatta yang kemudian dapat gelar baru dua hari belakangan, Tukang Ojek.

Kronologis
Perihal cerita tukang ojek di facebook bisa saya ceritakan kira-kira seperti ini. Hari Senin kemarin saya mengajak dua orang teman, Yudi dan Hatta untuk berlebaran ke rumah Pak Aswandi. Dekan FKIP Untan yang tulisannya selalu ada di Pontianak Post setiap hari senin itu. Waktu itu saya masih di rumah, kampung Arang, ketika saya hendak berangkat, lalu Hatta mengirimi saya SMS, isinya bahwa saya disuruh mampir di bengkel Vespa tak jauh dari BLKI sebab Vespanya mogok. Yudhi juga sudah menunggu di sana. Sayapun mampir. Sambil menunggu Vespa diservice, Saya, Hatta, Yudhi bercakap-cakap. Tak lama, vespa selesai. Kami bertiga, dengan motor masing-masing meluncur. Tujuannya ke rumah pak Aswandi, di daerah jalan Danau Sentarum, namun mampir dulu ke rumah mimpi. Sebab Hatta kebelet mau buang hajat dan Yudhi pengen sholat Dzuhur. Dari BLKI kami lewat Untan. Eh, tiba-tiba saja motor saya bocor. Yudhi menemukan tambal ban motor di deretan warung kopi seberang Hotel Merpati.


Menunggu motor ganti ban, kembali kami bertiga bercakap-cakap. Isi percakapan, tak jauh dari gurauan sesama teman akrab. Yudhi yang pertama mencandai saya saat dirinya menemukan saya sedang duduk di depan warung kopi yang tutup (barangkali karena lebaran). Yudhi bilang bahwa posisi duduk saya sudah pas seperti tukang stempel yang biasanya di pinggir-pinggir jalan. Tinggal ditambah meja dan peralatan stempel saja, saya sudah layak dikategorikan sebagai tukang pembuat stempel. Hatta menyetujuinya sambil tertawa. Tapi tiba-tiba tawa Hatta semakin menjadi-jadi saat menemukan papan bertuliskan “OJEK” pas di depan saya duduk. Papan itu menempel di atas seng sebuah warung kopi.  Hatta dan Yudhi terpingkal-pingkal, saya yang dicandai juga ikut tertawa. Gelar tukang stempel yang ditujukan kepada saya seketika berubah menjadi Tukang Ojek. Yudhilah yang kemudian berinisiatif mengabadikan profesi baru saya sebagai tukang ojek dalam kamera digitalnya. Sayang, baterai kameranya habis. Kemudian Yudhi menyeberang jalan, membeli baterai di minimarket pas di sebelah Hotel Merpati. Sementara Yudhi menyeberang, Hatta memarkirkan dua motor, motornya sendiri Vespa, dan motor Yudhi, Win, ingin ikut ambil bagian dalam prosesi pengabadian “Tukang Ojek”. Maka jadilah dua buah foto yang tak lama kemudian terpampang di dinding facebook. Hatta yang meng-upload-nya.

1 month earlier
Sebenarnya peristiwa ini bukan terjadi sebulan yang lalu. Tapi jauh hari sebelum sebulan yang lalu. Saya menulisnya sebulan lebih awal, ya tanpa maksud apa-apa. Biar genap saja. Biar pas disaat momen bulan puasa. Ya, jauh hari sebelum 1 month earlier, saya dan Yudhi sedang ngopi di warung kopi winny. Di sela-sela percakapan, kemudian Yudhi bilang, “Pay ada tempat bagus untuk online dan tidak terlalu ramai. Masih baru buka. Namanya Cafe Browsing. Lokasinya bersebelahan dengan Irama Vision jalan gajah mada. Koneksinya juga bagus.” Benar teman, online di cafe browsing sesuai dengan saran Yudhi cukup memuaskan. Tempatnya juga tidak terlalu ramai seperti Winny ataupun Corner. Plang namanya saja Cafe, tapi sebenarnya, fisiknya warung kopi. Walhasil, Cabro (kami sering menyebutnya yang merupakan kependekan dari Cafe Browsing) kemudian menjadi tempat favorit kami. Hampir setiap hari kami datang ke tempat tersebut (tulisan inipun saya bikin di Cabro). Membernya, saya, Hatta, Yudhi, Supriadi (Ucup). Tak ketinggalan Rul Iswan. Juga Agung trihatmojo. Seperti tak ingat waktu, kami tahan berlama-lama duduk di Cabro. Yang dilakukan. Online, bercanda, ketawa ketiwi, hingga lewat tengah malam. Seakan terkesan kurang produktif hari-hari kami. Tapi jangan salah, disela ketawa-ketiwi kami tentu saja muncul satu dua gagasan yang lumayan buat tambah-tambah penghasilan. Sampai-sampai karena seringnya kami berada di tempat ini, kamipun menyebut tempat ini sebagai “kantor” kami. Hatta, Yudhi, Ruli yang biasa ngantor di winny, pindah kantor di Cabro.

Hari-hari lewat. Ramadhan tiba. Dimulai dari menunggu buka puasa. Diakhiri hingga menunggu sahur, kami habiskan waktu di Cabro. Jam 9 – 12 malam, Hatta pamit, sebab harus menunaikan kewajibannya bekerja di salah satu media termerah di kota ini. Sekali lagi, member paling sering, Saya, Hatta, Yudhi, dan Ucup. Lalu apakah kami menjadi bosan? Sama sekali tidak. Atau barangkali belum bosan. Nah, ketawa-ketiwi yang sering kami lakukan berempat ini kemudian berbuah rindu. Rindu dengan teman-teman yang lain. Rindu dengan peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu. Satu per satu nama teman-teman bermunculan dari mulut kami.

Sebut misalnya, Amrin Zuraidi Rawansyah. Sebelum dia memutuskan untuk menikah dan menjalani cita-cita tertinggi orang pribumi, PNS, di pedalaman Kalbar, lelaki asal sanggau ini termasuk salah seorang yang sering berkumpul bersama-sama kami. Selain seorang PNS (Ah, saya tak akan pernah berhenti mencintai sahabat satu ini, dan, ah, saya tak akan pernah berhenti membenci profesi yang sedang dijalaninya), Amrin juga seorang penulis fiksi. Satu buku kumpulan cerpen tunggalnya terbit. Satu buku kumpulan cerpen bersamanya terbit. Gagasan-gagasan yang keluar dari mulutnya tak jarang nyeleneh, namun begitu cerdas. Kalau sedang “menceramahi” teman-teman muda yang tertarik dalam dunia kesenian, tiga hari tiga malam pun dia sanggup. Saya menyebutnya Bapak Pamong. Sebab dia sanggup ngemong para remaja, khususnya di STKIP-PGRI untuk diarahkannya menjadi orang-orang kreatif. Kepada Amrin, kami rindu. Kepada Amrin, persitiwa-peristiwa lucu yang terjadi di facebook, sering kami tujukan.

Apakah hanya itu teman kami? Tentu saja tidak. Sungguh, sama seperti orang-orang Indonesia lainnya, kami punya banyak teman di Kalimantan Barat ini. Teman-teman yang sering membuat kami bangga bisa berkumpul bersama mereka. Teman-teman yang sangat produktif, sangat kreatif. Sangat cerdas. Lama kami tidak bertemu dengan teman-teman tersebut. Deny Sofian, lelaki yang betapa gagahnya mendokumentasikan segala macam peristiwa dengan kameranya. Beny Sulastiyo, Bapak Marketing Kalimantan Barat, Lim Sahih, Seniman pijit tak tertandingi, Pak Sugeng Hendratno, yang kalau motret sambil merem saja hasilnya udah bagus. Alexander Mering, penulis fiksi mantap, penulis fakta markotap. Bang Don, bang Edi Kumal, Yofita. Ali 13, aktivis sosialis yang nongkrongin up link. Lalu kami juga punya teman baru, Bang Beni disain. Disain grafisnya aujubilahlah pokoknya. Siapa lagi? Banyak. Ada banyak teman kami. Ada banyak tempat kami belajar. Ya, Saya, Hatta,Ucup dan Yudhi, sepanjang hidup di kalimantan barat ini, banyak sekali belajar dengan teman-teman sekaligus bapak ibu guru tersebut. Mereka orang-orang hebat di daerah ini.

Lalu di cafe browsing jalan gajah mada, kami berempat yang sering menghabiskan waktu bersama, diam-diam memiliki kerinduan yang sama. Barangkali susah untuk mengumpulkan teman-teman sekaligus para guru tersebut dalam satu waktu. Tapi kami tau bagaimana caranya mengungkapkan rindu. Foto Tukang Ojek di seberang hotel merpati itu salah satunya. Facebook medianya. Ya, kami sangat rindu. Lalu ketika banyak orang saling berkirim kartu lebaran digital, SMS, jabat tangan dihari lebaran, Kami juga ingin. Di dinding facebook ada foto tukang ojek, di hati kami ada kerinduan yang teramat sangat. Dan kali ini, ijinkan kami berucap maaf.
Buat kawan kami ucup, yang sehari sebelum peristiwa “tukang ojek” menjadi bulan-bulanan Hatta, Atma, Bob, Saya, Yudhi, dan teman-teman lainnya, kami minta maaf. Bukankah memang begitu cara kita berbagi sejak dulu? Yang kemudian menjadikan kita semakin hari semakin akrab. Kami mencintaimu, melebihi cintanya si malam yang suci (alamak, ngape jadi belebeh macam ini ni?) pokonye cup, jangan merajuk. Orang merajuk itu jodohnye jaoh. Hahahaha.

14 September 2010

Selamat Lebaran
Maafkan Kami
Pay Jarot Sujarwo
Hatta Budi Kurniawan
Muhammad Revolt Youdinov
Supri Adi


Pay Jarot Sujarwo

You May Also Like

Posted by Pay Jarot Sujarwo at 11:17:00
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blogroll

Author

Like Us

Labels

backpacker belanda catatan kembara catatan perjalanan champa delft islam komunis madrid traveling catatan pernajalan melayu traveling vietnam yukngaji

Popular Posts

  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
    “Buku dan motivator. Mau tau siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah BUKU! 1...
  • Backpacker Anti Mainstream | Pol Pot Sudah Mati
    Matanya liar. Mengincar para pejalan kaki. Sesekali ia memanjangkan leher. Menoleh ke belakang. Berpaling ke kiri juga ke kanan. Ia menem...
  • Melayu Champa; Tak Ada Bom, Tak ada Pembunuhan
    Pay Jarot Sujarwo Catatan Kembara Vietnam Malam sebelum keberangkatan, saya berdiskusi sepanjang malam dengan seorang teman. Seorang k...
  • Pol Pot is Dead
    His eyes stared wildly, lurking for the walkers. Sometimes he craned his neck, twisted it back, left, right. He saw a man standing in a c...
  • Kisah Barista
    Puisi Pay Jarot Sujarwo kisah apa lagi yang hendak kau ceritakan kali ini, barista. tentang hemingway yang tak pernah berpindah meja d...
  • Perjumpaan
    Hal yang menggembirakan dalam perjalanan adalah perjumpaan. Kau baca saja kisah heroik Agustinus Wibowo menelusuri negeri-negeri berakhi...
  • PAMAN DUDI
    “Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam. Orang sisa-sisa menangis. Air matanya api.” Dari sebuah kamar kecil, lebih kecil dibanding...
  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
    Bismillahirrahmanirrahiim Islamic Trips South East Asia (Asia Tenggara) Kuala Lumpur | Ho Chi Minh | Phnom Penh | Kampong Champ | Kuchi...
  • Taqorrub ilallah
    Seandainya kita hidup di masa kejayaan Islam, tentu tidak perlu bersusah payah menghitung kurs mata uang yang harus ditukarkan jika in...
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
    Sungai kapuas punye cerite Bile kite minom aeknye Biarpon pegi jaoh kemane Sunggoh susah nak melupekannye (Salah satu bait Lagu ...

THE BLOG THEME

jarotsujarwo@yahoo.com

jarotsujarwo@gmail.com


Tel. 081256918507 (whatsApp)

Pin BlackBerry: 25B5DAFD

Twitter: @jarotsujarwo

Flickr

Popular Posts

  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
  • PAMAN DUDI
  • Taqorrub ilallah
Created by - Way2themes - | Distributed By Gooyaabi Templates
  • HOME
  • CONTACT