Pengembara Muslim | writer - traveler - coffee drinker

catatan perjalanan dari seseorang yang telah menyerahkan hidupnya untuk Islam

  • Home
  • Buku Saya
  • Works
  • Features
  • Tentang Saya

Pengakuan: Aku Mengenalnya. Aku Membaca Tulisannya. Namanya Amrin

Pay Jarot Sujarwo Monday, 3 March 2014 No Comments
Aku terhenyak. Seperti orang terkapar. Mungkin benar terkapar. Tak berdaya. Selain memandang sekitar. Ada banyak lukisan. Ada banyak nyamuk. Tapi aku sudah tak peduli dengan nyamuk. Tubuhku begitu lelah. Di dinding tidak ada jam yang menempel. Aku lihat benda yang melingkar di pergelangan tanganku. Ada angka digital 4:42 AM. Teramat lelah. Nama Amrin menempel di kepala.

Ada beberapa alasan yang masuk akal kenapa nama Amrin menempel di kepalaku saat ayam jago sudah sejak tadi berbunyi-bunyi. Lokasinya di gallery lukisan. Aku sendirian. Alasan pertama, sebentar lagi aku akan menerbitkan buku kumpulan cerpen Amrin. Alasan kedua, tentang fenomena munculnya banyak penulis buku di kotaku. Sudah. Dua alasan saja. Jangan banyak-banyak. Nanti aku dituduh sebagai orang yang punya banyak alasan.


Amrin. Mahasiswa semester banyak di STKIP PGRI Pontianak. Tapi waktu pertama bertemu dia tidak mengaku sebagai mahasiswa. Dia bawa naskah cerpen yang belum selesai. Ditunjukkannya kepadaku. Aku tak suka membaca naskah yang belum selesai. Angkuh aku pada waktu itu. Amrin pada tahun-tahun berikutnya juga menganggapku angkuh saat pertemuan pertama. Mukanya ramah. Kalau bicara cepat. Kalau mendengar hikmat. Kalau begadang dahsyat. Di dalam tasnya selalu saja ada karya yang ia tulis. Bisa puisi. Bisa cerpen.

Selanjutnya kami sering berbagi cerita. Tentang sastra. Betapa angkuhnya aku pada waktu itu. Menenteng predikat baru pulang dari Jogja. Menulis banyak karya sastra. Terbit di Koran-koran pulau Jawa. Suka mencibir sastra di kotaku. Betapa sederhananya Amrin. Tak pernah ke Jawa. Lahir dari kampung bernama Sanggau. Pindah-pindah tempat sekolah. Sering menulis cerpen. Juga puisi. Punya pacar yang suka marah-marah kalau dia terlalu lama nongkrong di Taman Budaya.

Aku memutuskan untuk suka dengan Amrin. Setelah pada akhirnya aku membaca puisi dan cerpen yang dia tulis. Puisi dan cerpen yang sudah jadi. Aku, yang berpredikat begitu angkuh karena baru pulang dari Jawa, tiba-tiba dibuat terperangah. Dulu internet masih belum musim. Lagi pula di internet yang lagi tren adalah gambar-gambar telanjang. Toko buku besar juga belum ada. Tapi dari mana Amrin membaca karya-karya berkualitas? Buktinya tulisannya punya kualitas. Deskripnya bikin aku hanyut. Gagasannya bikin aku takut. Jangan-jangan aku yang angkuh tak ada apa-apanya. Jangan-jangan pulau Jawa tak ada apa-apanya. Benar. Amrin. Orang Sanggau ini. Yang suka berkelahi dengan pacarnya. Punya karya yang tak bisa dianggap remeh orang-orang dari Jawa.


Kami. Aku dan Amrin. Menjadi akrab. Sangat akrab. Internet masih belum musim. Kami sering janjian bertemu. Aku bawa tulisan-tulisanku yang angkuh. Amrin bawa tulisan-tulisannya yang tentram. Tapi tulisan-tulisan yang tentram itu liar. Liat. Bohong kalau banyak orang bilang di Kalimantan itu cuma ada Korrie Layun Rampan. Sumpah dan sungguh. Orang yang bilang itu hanya orang yang belum kenal dengan Amrin. 
Pay Jarot Sujarwo

You May Also Like

Posted by Pay Jarot Sujarwo at 13:28:00
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

No comments:

Post a Comment

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blogroll

Author

Like Us

Labels

backpacker belanda catatan kembara catatan perjalanan champa delft islam komunis madrid traveling catatan pernajalan melayu traveling vietnam yukngaji

Popular Posts

  • Backpacker Anti Mainstream | Pol Pot Sudah Mati
    Matanya liar. Mengincar para pejalan kaki. Sesekali ia memanjangkan leher. Menoleh ke belakang. Berpaling ke kiri juga ke kanan. Ia menem...
  • Pol Pot is Dead
    His eyes stared wildly, lurking for the walkers. Sometimes he craned his neck, twisted it back, left, right. He saw a man standing in a c...
  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
    “Buku dan motivator. Mau tau siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah BUKU! 1...
  • Kisah Barista
    Puisi Pay Jarot Sujarwo kisah apa lagi yang hendak kau ceritakan kali ini, barista. tentang hemingway yang tak pernah berpindah meja d...
  • Perjumpaan
    Hal yang menggembirakan dalam perjalanan adalah perjumpaan. Kau baca saja kisah heroik Agustinus Wibowo menelusuri negeri-negeri berakhi...
  • PAMAN DUDI
    “Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam. Orang sisa-sisa menangis. Air matanya api.” Dari sebuah kamar kecil, lebih kecil dibanding...
  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
    Bismillahirrahmanirrahiim Islamic Trips South East Asia (Asia Tenggara) Kuala Lumpur | Ho Chi Minh | Phnom Penh | Kampong Champ | Kuchi...
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
    Sungai kapuas punye cerite Bile kite minom aeknye Biarpon pegi jaoh kemane Sunggoh susah nak melupekannye (Salah satu bait Lagu ...
  • Uighur
    oleh Pay Jarot Sujarwo Pertama kali mengetahui tentang Uighur, saat saya membaca catatan perjalanan Agustinus Wibowo. Perjalanan tersebu...
  • Konser di Dalam Kereta
    Seorang tua duduk menguasai kursi yang sedianya untuk dua orang. Sesuai dengan nomor yang tertera di dalam tiket, seharusnya aku duduk di...

THE BLOG THEME

jarotsujarwo@yahoo.com

jarotsujarwo@gmail.com


Tel. 081256918507 (whatsApp)

Pin BlackBerry: 25B5DAFD

Twitter: @jarotsujarwo

Flickr

Popular Posts

  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
  • PAMAN DUDI
  • Taqorrub ilallah
Created by - Way2themes - | Distributed By Gooyaabi Templates
  • HOME
  • CONTACT