Pengembara Muslim | writer - traveler - coffee drinker

catatan perjalanan dari seseorang yang telah menyerahkan hidupnya untuk Islam

  • Home
  • Buku Saya
  • Works
  • Features
  • Tentang Saya

(MISALNYA) WEST BORNEO WRITERS FESTIVAL

Pay Jarot Sujarwo Wednesday, 12 February 2014 3
Judul di atas barangkali terlalu berlebihan, menginat nama-nama acara serupa yang sudah ada dan eksis hingga ke dunia internasional, sebut saja Ubud Writers and Readers Festival dan Makassar International Writers Festival.  Di Bali pesta penulis yang menghadirkan ratusan penulis berkualitas tingkat dunia dan Indonesia ini sudah dihelat selama sembilan tahun berturut-turut dan sebentar lagi pada pertengahan Oktober 2013 akan menggelar pestanya yang ke sepuluh. Begitu juga di Makassar, meskipun baru dimulai tahun 2011 lalu, namun gaungnya, konten kegiatan, penulis-penulis yang hadir, tak bisa dipandang sebelah mata. Tidak hanya tempat bertemunya para penulis dan pembaca, dua event berkaliber internasional itu secara signifikan bahkan berpengaruh terhadap sektor pariwisata, baik di Bali dan Makassar. Lalu bagaimana dengan Kalimantan Barat?

Di Indonesia, secara umum, bisa jadi untuk perhelatan dunia kepenulisan Kalimantan Barat masih belum diperhitungkan. Tidak hanya jumlah penulis dan karya yang diterbitkan, persoalan kualitas karya pun, Kalimantan Barat masih harus belajar banyak dengan daerah-daerah lainnya yang telah lebih dulu maju dan berkembang. Namun bukan berarti di daerah ini tidak ada sama sekali aktivitas kepenulisan. Bahkan beberapa penulis daerah ini pelan-pelan, buku-bukunya sudah mulai menghiasi toko buku di segenap penjuru Indonesia sebab terbit di beberapa penerbit nasional.


Munculnya gairah kepenulisan di Kalimantan Barat satu dekade terakhir, semenjak meninggalnya penulis senior Odhy’s dan Yudiswara merupakan angin segar sekaligus harapan bahwa iklim kepenulisan di daerah ini bisa bersaing dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia bahkan merambah di dunia internasional mengingat akses untuk ke Malaysia, Brunei, Singapura lebih mudah. Apabila komunikasi antar penulis di masing-masing Negara tersebut bisa tetap dirawat tak menutup kemungkinan buku-buku penulis Kalimantan Barat bisa dibaca masyarakat dari Negara tetangga baik yang berbahasa Indonesia, maupun berbahasa Inggris. Meskipun masih ada beberapa PR yang masih harus dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat Kalimantan Barat di dunia kepenulisan.

Beberapa PR tersebut di antaranya adalah meningkatkan minat baca masyarakat Kalimantan Barat terhadap karya-karya yang ditulis oleh pengarang yang berasal dari daerah ini serta peran kritikus dalam menjembatani antara pengarang, karya, serta pembaca.

Tak dapat dipungkiri beberapa tahun belakangan bermunculan penulis-penulis muda dari Kalimantan Barat yang karyanya diterbitkan oleh penerbit-penerbit nasional. Sebut saja misalnya, Lonyenk Rap, penulis asal Mempawah yang dalam satu tahun enam judul bukunya diterbitkan di penerbit-penerbit mayor dan tersebar di seluruh Indonesia. Nama yang lain, Delia Angela, Sidik Nugroho, Irin Sintriana, Riani Kasih, Catz Link Tristan, Bernard Batubara, Retni SB. Bahkan penulis Bernard Batubara tidak hanya menerbitkan buku-buku sastra berkualitas, namun salah satu karyanya sudah diadaptasi ke dalam bentuk film dan ditayangkan di bioskop-bioskop seluruh Indonesia. Retni SB juga tak kalah menggetarkan. Bermula dari menang lomba penulisan tingkat nasional, novel-novelnya kemudian diterbitkan oleh penerbit besar seperti Gramedia dan Mizan dengan total buku sampai hari ini berjumlah tujuh buah.  Serta nama-nama lain yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Pertanyaannya kemudian adalah, sejauh mana karya-karya penulis Kalimantan Barat tersebut diapresiasi oleh masyarakat Kalimantan Barat sendiri?

Saya pribadi telah mengunjungi lebih dari 70 SMA dan sederajat serta Perguruan Tinggi yang tersebar di seluruh kota/kabupaten di daerah ini dalam rangka memotivasi minat baca tulis. Dalam setiap kunjungan yang saya lakukan saya selalu bertanya kepada para remaja tersebut tentang sejauh mana mereka mengenal para penulis lokal. Jawabannya, hampir seluruhnya menjawab tidak kenal. Para remaja di provinsi ini lebih mengenal nama-nama seperti JK Rowling ataupun Andrea Hirata dan juga Raditya Dika. Padahal tidak sedikit penulis-penulis di daerah ini yang menulis karya-karya yang bergenre remaja.

Selain memang karena minat baca masyarakat di Kalimantan Barat, khususnya para remaja masih rendah, persoalan yang lain bisa jadi disebabkan karena para penulis sendiri merasa tidak memiliki kewajiban untuk memperkenalkan karya-karyanya di “rumah”nya sendiri. Tentu saja ini bukan kesalahan para penulis. Penerbit-penerbit besar di pulau Jawa telah memiliki sistim penjualan yang rapi dengan jalur distribusi yang memanjakan penulis. Para penulis ini cukup mengirimkan karya, terbit, bukunya tersebar di seluruh Indonesia, kemudian mendapatkan royalti secara berkala. Berikutnya menulis lagi royalti lagi.

Beruntung di provinsi ini juga memiliki beberapa penulis lokal yang menerbitkan karya-karyanya sendiri dalam bentuk indie dan tak berhenti mengkampanyekan minat baca tulis sekaligus mempromosikan karya yang mereka tulis. Sekadar menyebutkan beberapa nama: Fredy, Nano Basuki, Amrin Zuraidi Rawansyah, Budi Rahman, Nur Iskandar, Alexander Mering, Yophie Tiara, Gunta Wirawan, penulis muda yang tergabung dalam Club Menulis STAIN, dan masih ada beberapa nama yang lain. Para penulis lokal ini begitu gencar dengan cara mereka masing-masing membangun kesadaran masyarakat di tingkat lokal untuk membaca. Alexander Mering misalnya, menjelajah dari kampung ke kampung di pedalaman dengan agenda jurnalisme kampung. Begitu juga dengan Nur Iskandar. Penulis kreatif ini selalu punya program inovatif yang mampu merangsang orang-orang Kalbar untuk membaca. Fredy, adalah penulis yang digemari para remaja. Amrin Zuraidi Rawansyah, dari Sanggau untuk Kalimantan Barat, karya-karya tulisnya menjadi tulisan favorit masyarakat Kalimantan Barat yang berinteraksi di media sosial

Menimbang beberapa hal tersebut di atas, tidak ada cara lain selain meningkatkan komunikasi antar sesama penulis, baik mereka yang berkaliber nasional maupun yang masih bertahap lokal. Sebab label nasional atau lokal bukanlah menjadi penjamin terhadap kualitas karya.

Menyoal masalah kualitas karya, tidak bisa tidak peran kritikus sangat diperlukan. Masalahnya kemudian, apakah di daerah ini sudah memiliki kritikus yang benar-benar mampu menjadi jembatan antar karya dan pembacanya? Jawabannya belum ada. Kalaupun ada para akademisi, ataupun peneliti yang selama ini menyuntuki karya-karya di Kalimantan Barat, masih sebatas tugas profesi di instansi masing-masing namun belum benar-benar menyentuh ke masyarakat secara luas.

Padahal jika para akademisi maupun peneliti bahasa dan sastra ini mau bekerja lebih keras sedikit, akan membuka peluang semakin meningkatnya daya apresiasi masyarakat Kalimantan Barat terhadap karya-karya yang ditulis oleh penulis yang berasal dari Kalimantan Barat pula. Sebab bagaimanapun juga tanpa kritikus, penulis, karya, juga pembaca, seperti menciptakan dunia mereka masing-masing yang tidak mengenal satu sama lain di “rumah”nya sendiri, Kalimantan Barat.

Realitas yang  terjadi di atas kemudian menjadi landasan kenapa kemudian festival kepenulisan menjadi perlu dan mendesak untuk diselenggarakan di daerah ini. Persoalan nama, teknis, serta konten kegiatan saya pikir itu hanya perkara teknis yang bisa disusun kemudian. Yang terpenting adalah bagaimana kegiatan ini mampu menjadi media komunikasi efektif untuk menumbuhsuburkan geliat kepenulisan serta budaya membaca di Kalimantan Barat. Barangkali festival kepenulisan ini masih belum sanggup sejajar dengan kegiatan serupa seperti di Bali, Makassar, serta daerah-daerah lainnya. Namun bukankah tak ada kata terlambat untuk berbuat dan memberikan kontribusi positif bagi daerah ini? Sehingga ke depannya akan berpengaruh bagi kadar intelektualitas masyarakat yang tak melulu hanya pasrah dibohongi dalam setiap penyelenggaraan event besar bertajuk Pemilihan Kepada Daerah.


Semoga
Pay Jarot Sujarwo

You May Also Like

Posted by Pay Jarot Sujarwo at 18:51:00
Email ThisBlogThis!Share to XShare to FacebookShare to Pinterest

3 comments:

  1. abc12 February 2014 at 22:19

    amiiinnn semoga bisa terlaksana suatu hari nanti dan semoga saya bisa ikut menjadi bagian kecil darinya *hope :)

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  2. REVIVAL Newsrockletter27 February 2014 at 00:18

    wawww pasti bakal seru

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
  3. Dwi Wahyudi12 March 2014 at 13:16

    Ape agik Bang, buatlah kegiatannya. Kalau nak nunggu orang laen bile2 gak :-)

    ReplyDelete
    Replies
      Reply
Add comment
Load more...

Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Blogroll

Author

Like Us

Labels

backpacker belanda catatan kembara catatan perjalanan champa delft islam komunis madrid traveling catatan pernajalan melayu traveling vietnam yukngaji

Popular Posts

  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
    “Buku dan motivator. Mau tau siapa teman paling setia, tidak cerewet, gampang ditemui, sekaligus guru nan bijak dan sabar? Dialah BUKU! 1...
  • Backpacker Anti Mainstream | Pol Pot Sudah Mati
    Matanya liar. Mengincar para pejalan kaki. Sesekali ia memanjangkan leher. Menoleh ke belakang. Berpaling ke kiri juga ke kanan. Ia menem...
  • Melayu Champa; Tak Ada Bom, Tak ada Pembunuhan
    Pay Jarot Sujarwo Catatan Kembara Vietnam Malam sebelum keberangkatan, saya berdiskusi sepanjang malam dengan seorang teman. Seorang k...
  • Pol Pot is Dead
    His eyes stared wildly, lurking for the walkers. Sometimes he craned his neck, twisted it back, left, right. He saw a man standing in a c...
  • Kisah Barista
    Puisi Pay Jarot Sujarwo kisah apa lagi yang hendak kau ceritakan kali ini, barista. tentang hemingway yang tak pernah berpindah meja d...
  • Perjumpaan
    Hal yang menggembirakan dalam perjalanan adalah perjumpaan. Kau baca saja kisah heroik Agustinus Wibowo menelusuri negeri-negeri berakhi...
  • PAMAN DUDI
    “Lelaki tengah malam terkulai di tepi malam. Orang sisa-sisa menangis. Air matanya api.” Dari sebuah kamar kecil, lebih kecil dibanding...
  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
    Bismillahirrahmanirrahiim Islamic Trips South East Asia (Asia Tenggara) Kuala Lumpur | Ho Chi Minh | Phnom Penh | Kampong Champ | Kuchi...
  • Taqorrub ilallah
    Seandainya kita hidup di masa kejayaan Islam, tentu tidak perlu bersusah payah menghitung kurs mata uang yang harus ditukarkan jika in...
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
    Sungai kapuas punye cerite Bile kite minom aeknye Biarpon pegi jaoh kemane Sunggoh susah nak melupekannye (Salah satu bait Lagu ...

THE BLOG THEME

jarotsujarwo@yahoo.com

jarotsujarwo@gmail.com


Tel. 081256918507 (whatsApp)

Pin BlackBerry: 25B5DAFD

Twitter: @jarotsujarwo

Flickr

Popular Posts

  • Islamic Trip, Malaysia, Vietnam, Kamboja, 6 Hari 5 Malam, 6,5 Juta Saja
  • PERTEMUAN SINGKAT DENGAN BUDI P. HATEES
  • SMS DARI BUMBUNAN SITORUS
  • PAMAN DUDI
  • Taqorrub ilallah
Created by - Way2themes - | Distributed By Gooyaabi Templates
  • HOME
  • CONTACT